Senin, 14 April 2014

PERANG ACEH ( Teatrikal HMAS UNSYIAH)

HIMAS MEMPERINGATI PERANG ACEH MELAWAN SERANGAN BELANDA PERTAMA

            Senin 14 Maret 2014 kami sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Sejarah Universitas Syiakuala mengadakan Teatrikal tentang perlawanan rakyat Aceh terhadap serangan Belanda yang pertamanya dipimpin oleh J.H Kohler. Tearikal tersebut diadakan di jalan depan Mesjid Baiturrahman, sebernarnya memang harus dilakukan di kompleks pekarangan mesjid namun karena ada berbagai hambatan maka kami hanya mendapat izin diluar pekarangan saja. Namun itu bukan sebuah hambatan, kami menyadari ini baru pertama kali dilakukan jadi masih wajar jika kami banyak mengalami hambatan.
Diambil tanggal 14 Maret  sebagai hari aksi dikarenakan  hari itu terjadi peristiwa yang sangat penting dan memalukan yang dialami oleh negeri Hindia Belanda selama proses penaklukan daerah jajahan di Nusantara, khususnya ketika penaklukan Aceh. Walaupun maklumat perang sudah dinyatakan oleh Belanda terhadap Sultan Aceh pada tanggal 26 Maret 1873 tetapi pasukan Belanda berhasil mendarat di Aceh pada tanggal 8 Maret di Pante Cermen Ule Lhee. Ketika pasukan Belanda mendarat pasukan Aceh memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan tersebut. Ketika Pasukan Belanda sudah memasuki kawasan Sultan pada tanggal 14 Maret 1873, para pejuang Aceh yang terdiri dari Ulebalang, Ulama dan Rakyat bahu membahu mempertahankan mesjid dari serangan Belanda. Dengan semagat perang dijalan Allah pasukan Aceh berhasil mematahkan serangan tersebut dan menembak mati Jendral Kohler sebagai pimpinan serangan tersebut. Jadi kami merasa sudah sangat wajar bila peristiwa ini diangkat dengan cara teatrikal supaya semua kalangan di Aceh mengerti bagaimana semangat rakyat Aceh berjuang mempertahankan kemerdekaan negerinya dari upaya jajahan bangsa lain.
Teatrikal yang kami adakan sangat bersifat sederhana, namun memiliki makna tersendiri bagi yang merasakannya. Kenapa kami bilang sederhana, dikarenakan proses dari latihan hanya berlangsung dua hari dan dihari itu juga kami mempersiapkankan properti yang akan digunakan. Untuk alur celitra kami sesuaikan dengan peristiwa sejarah yang sebenarnya namun kami ringkas peristiwa yang penting-penting aja. Dengan semangat yang tinggi dan kerjasama yang baik dari kawan-kawan kami mampu untuk tampil walaupun proses latihannya sangat singkat.
Pada saat hari dimana kami beraksi sangat berbeda yang kami rasakan diwaktu kami latihan, baik dari tempat maupun suasana sekitar. Dimana kedatangan kami sudah disambut oleh pihak keamanan dari kepolisian, jumlah mareka kira-kira sekitar 30 an. Tentu hal ini menambah grogi bagi kami untuk beraksi. Dan yang tidak kalah mengejutkan kedantangan kami juga disambut oleh beberapa wartawan dari berbagai media cetak yang katanya akan meliput apa yang kami lakukan nanti. Walaupun kami grogi dengan polisi namun juga semangat dengan adanya abang-abang dari wartawan yang akan meliput. Karena itu juga suatu strategi yang sangat bagus untuk mempublikasikan kepada masyarkat tentang tujuan dari kegiatan kami ini.
Tepat pada pukul 10.00 kami mulai mulai melakukan teatrikal, mula-mulanya agak canggung juga karena lokasinya di jalan raya didepan warga pengendara yang melintas dan juga didepan polisi dan wartawan. Namun dengan adanya polisi yang mengawasi kami sangat membantu kelancaran aksi kami, dimana marekalah yang mengatur dan menertipkan lalulintas. Sejam kemudian aksi kami berakhir dan kami tutup dengan sedikit berorasi didepan mareka yang melihat, tujuannya juga sama untuk mengajak kembali masyarakat Aceh untuk cinta terhadap sejarah. Karena selama ini masyarakat baik itu dikalangan pelajar maupun mahasiswa hanya mempelajari sejarah dari buku kuran menghayati apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu. Sebenarnya sangat banyak yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.  
Dengan adanya teatrikal ini kami dari mahasiswa dan mahasiswi sejarah Unsyiah mengajak seluruh komponen masyarakat Aceh untuk lebih mencintai sejarah bangsa. Karena seperti pepatah mengatakan bangsa yang besar merupakan bangsa yang tidak melupakan sejarah. Mungkin hanya ini yang dapat saya simpulkan tantang hasil dari teatrikal ini lebih dan kurang saya mohon maaf, wasalam…
HIMAS MEMPERINGATI PERANG ACEH MELAWAN SERANGAN BELANDA PERTAMA

Image (Kompas Image 14 April 2014)
            Senin 14 Maret 2014 kami sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Sejarah Universitas Syiakuala mengadakan Teatrikal tentang perlawanan rakyat Aceh terhadap serangan Belanda yang pertamanya dipimpin oleh J.H Kohler. Tearikal tersebut diadakan di jalan depan Mesjid Baiturrahman, sebernarnya memang harus dilakukan di kompleks pekarangan mesjid namun karena ada berbagai hambatan maka kami hanya mendapat izin diluar pekarangan saja. Namun itu bukan sebuah hambatan, kami menyadari ini baru pertama kali dilakukan jadi masih wajar jika kami banyak mengalami hambatan.
Diambil tanggal 14 Maret  sebagai hari aksi dikarenakan  hari itu terjadi peristiwa yang sangat penting dan memalukan yang dialami oleh negeri Hindia Belanda selama proses penaklukan daerah jajahan di Nusantara, khususnya ketika penaklukan Aceh. Walaupun maklumat perang sudah dinyatakan oleh Belanda terhadap Sultan Aceh pada tanggal 26 Maret 1873 tetapi pasukan Belanda berhasil mendarat di Aceh pada tanggal 8 Maret di Pante Cermen Ule Lhee. Ketika pasukan Belanda mendarat pasukan Aceh memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan tersebut. Ketika Pasukan Belanda sudah memasuki kawasan Sultan pada tanggal 14 Maret 1873, para pejuang Aceh yang terdiri dari Ulebalang, Ulama dan Rakyat bahu membahu mempertahankan mesjid dari serangan Belanda. Dengan semagat perang dijalan Allah pasukan Aceh berhasil mematahkan serangan tersebut dan menembak mati Jendral Kohler sebagai pimpinan serangan tersebut. Jadi kami merasa sudah sangat wajar bila peristiwa ini diangkat dengan cara teatrikal supaya semua kalangan di Aceh mengerti bagaimana semangat rakyat Aceh berjuang mempertahankan kemerdekaan negerinya dari upaya jajahan bangsa lain.
Teatrikal yang kami adakan sangat bersifat sederhana, namun memiliki makna tersendiri bagi yang merasakannya. Kenapa kami bilang sederhana, dikarenakan proses dari latihan hanya berlangsung dua hari dan dihari itu juga kami mempersiapkankan properti yang akan digunakan. Untuk alur celitra kami sesuaikan dengan peristiwa sejarah yang sebenarnya namun kami ringkas peristiwa yang penting-penting aja. Dengan semangat yang tinggi dan kerjasama yang baik dari kawan-kawan kami mampu untuk tampil walaupun proses latihannya sangat singkat.
Pada saat hari dimana kami beraksi sangat berbeda yang kami rasakan diwaktu kami latihan, baik dari tempat maupun suasana sekitar. Dimana kedatangan kami sudah disambut oleh pihak keamanan dari kepolisian, jumlah mareka kira-kira sekitar 30 an. Tentu hal ini menambah grogi bagi kami untuk beraksi. Dan yang tidak kalah mengejutkan kedantangan kami juga disambut oleh beberapa wartawan dari berbagai media cetak yang katanya akan meliput apa yang kami lakukan nanti. Walaupun kami grogi dengan polisi namun juga semangat dengan adanya abang-abang dari wartawan yang akan meliput. Karena itu juga suatu strategi yang sangat bagus untuk mempublikasikan kepada masyarkat tentang tujuan dari kegiatan kami ini.
Tepat pada pukul 10.00 kami mulai mulai melakukan teatrikal, mula-mulanya agak canggung juga karena lokasinya di jalan raya didepan warga pengendara yang melintas dan juga didepan polisi dan wartawan. Namun dengan adanya polisi yang mengawasi kami sangat membantu kelancaran aksi kami, dimana marekalah yang mengatur dan menertipkan lalulintas. Sejam kemudian aksi kami berakhir dan kami tutup dengan sedikit berorasi didepan mareka yang melihat, tujuannya juga sama untuk mengajak kembali masyarakat Aceh untuk cinta terhadap sejarah. Karena selama ini masyarakat baik itu dikalangan pelajar maupun mahasiswa hanya mempelajari sejarah dari buku kuran menghayati apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu. Sebenarnya sangat banyak yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.  
Dengan adanya teatrikal ini kami dari mahasiswa dan mahasiswi sejarah Unsyiah mengajak seluruh komponen masyarakat Aceh untuk lebih mencintai sejarah bangsa. Karena seperti pepatah mengatakan bangsa yang besar merupakan bangsa yang tidak melupakan sejarah. Mungkin hanya ini yang dapat saya simpulkan tantang hasil dari teatrikal ini lebih dan kurang saya mohon maaf, wasalam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar