Senin
14 Maret 2014 kami sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Sejarah Universitas
Syiakuala mengadakan Teatrikal tentang perlawanan rakyat Aceh terhadap serangan
Belanda yang pertamanya dipimpin oleh J.H Kohler. Tearikal tersebut diadakan di
jalan depan Mesjid Baiturrahman, sebernarnya memang harus dilakukan di kompleks
pekarangan mesjid namun karena ada berbagai hambatan maka kami hanya mendapat
izin diluar pekarangan saja. Namun itu bukan sebuah hambatan, kami menyadari
ini baru pertama kali dilakukan jadi masih wajar jika kami banyak mengalami
hambatan.
Diambil tanggal 14 Maret sebagai hari aksi dikarenakan hari itu terjadi peristiwa yang sangat
penting dan memalukan yang dialami oleh negeri Hindia Belanda selama proses
penaklukan daerah jajahan di Nusantara, khususnya ketika penaklukan Aceh.
Walaupun maklumat perang sudah dinyatakan oleh Belanda terhadap Sultan Aceh
pada tanggal 26 Maret 1873 tetapi pasukan Belanda berhasil mendarat di Aceh pada
tanggal 8 Maret di Pante Cermen Ule Lhee. Ketika pasukan Belanda mendarat
pasukan Aceh memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan
tersebut. Ketika Pasukan Belanda sudah memasuki kawasan Sultan pada tanggal 14
Maret 1873, para pejuang Aceh yang terdiri dari Ulebalang, Ulama dan Rakyat
bahu membahu mempertahankan mesjid dari serangan Belanda. Dengan semagat perang
dijalan Allah pasukan Aceh berhasil mematahkan serangan tersebut dan menembak
mati Jendral Kohler sebagai pimpinan serangan tersebut. Jadi kami merasa sudah
sangat wajar bila peristiwa ini diangkat dengan cara teatrikal supaya semua
kalangan di Aceh mengerti bagaimana semangat rakyat Aceh berjuang
mempertahankan kemerdekaan negerinya dari upaya jajahan bangsa lain.
Teatrikal yang kami adakan sangat
bersifat sederhana, namun memiliki makna tersendiri bagi yang merasakannya.
Kenapa kami bilang sederhana, dikarenakan proses dari latihan hanya berlangsung
dua hari dan dihari itu juga kami mempersiapkankan properti yang akan
digunakan. Untuk alur celitra kami sesuaikan dengan peristiwa sejarah yang
sebenarnya namun kami ringkas peristiwa yang penting-penting aja. Dengan
semangat yang tinggi dan kerjasama yang baik dari kawan-kawan kami mampu untuk
tampil walaupun proses latihannya sangat singkat.
Pada saat hari dimana kami beraksi
sangat berbeda yang kami rasakan diwaktu kami latihan, baik dari tempat maupun
suasana sekitar. Dimana kedatangan kami sudah disambut oleh pihak keamanan dari
kepolisian, jumlah mareka kira-kira sekitar 30 an. Tentu hal ini menambah grogi
bagi kami untuk beraksi. Dan yang tidak kalah mengejutkan kedantangan kami juga
disambut oleh beberapa wartawan dari berbagai media cetak yang katanya akan
meliput apa yang kami lakukan nanti. Walaupun kami grogi dengan polisi namun
juga semangat dengan adanya abang-abang dari wartawan yang akan meliput. Karena
itu juga suatu strategi yang sangat bagus untuk mempublikasikan kepada
masyarkat tentang tujuan dari kegiatan kami ini.
Tepat pada pukul 10.00 kami mulai
mulai melakukan teatrikal, mula-mulanya agak canggung juga karena lokasinya di
jalan raya didepan warga pengendara yang melintas dan juga didepan polisi dan
wartawan. Namun dengan adanya polisi yang mengawasi kami sangat membantu
kelancaran aksi kami, dimana marekalah yang mengatur dan menertipkan
lalulintas. Sejam kemudian aksi kami berakhir dan kami tutup dengan sedikit
berorasi didepan mareka yang melihat, tujuannya juga sama untuk mengajak
kembali masyarakat Aceh untuk cinta terhadap sejarah. Karena selama ini
masyarakat baik itu dikalangan pelajar maupun mahasiswa hanya mempelajari
sejarah dari buku kuran menghayati apa yang telah dilakukan oleh para
pendahulu. Sebenarnya sangat banyak yang bisa kita ambil pelajaran dari
peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.
Dengan adanya teatrikal ini kami
dari mahasiswa dan mahasiswi sejarah Unsyiah mengajak seluruh komponen
masyarakat Aceh untuk lebih mencintai sejarah bangsa. Karena seperti pepatah
mengatakan bangsa yang besar merupakan bangsa yang tidak melupakan sejarah.
Mungkin hanya ini yang dapat saya simpulkan tantang hasil dari teatrikal ini
lebih dan kurang saya mohon maaf, wasalam…
HIMAS MEMPERINGATI
PERANG ACEH MELAWAN SERANGAN BELANDA PERTAMA
Image (Kompas Image 14 April 2014)
Senin
14 Maret 2014 kami sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Sejarah Universitas
Syiakuala mengadakan Teatrikal tentang perlawanan rakyat Aceh terhadap serangan
Belanda yang pertamanya dipimpin oleh J.H Kohler. Tearikal tersebut diadakan di
jalan depan Mesjid Baiturrahman, sebernarnya memang harus dilakukan di kompleks
pekarangan mesjid namun karena ada berbagai hambatan maka kami hanya mendapat
izin diluar pekarangan saja. Namun itu bukan sebuah hambatan, kami menyadari
ini baru pertama kali dilakukan jadi masih wajar jika kami banyak mengalami
hambatan.
Diambil tanggal 14 Maret sebagai hari aksi dikarenakan hari itu terjadi peristiwa yang sangat
penting dan memalukan yang dialami oleh negeri Hindia Belanda selama proses
penaklukan daerah jajahan di Nusantara, khususnya ketika penaklukan Aceh.
Walaupun maklumat perang sudah dinyatakan oleh Belanda terhadap Sultan Aceh
pada tanggal 26 Maret 1873 tetapi pasukan Belanda berhasil mendarat di Aceh pada
tanggal 8 Maret di Pante Cermen Ule Lhee. Ketika pasukan Belanda mendarat
pasukan Aceh memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan
tersebut. Ketika Pasukan Belanda sudah memasuki kawasan Sultan pada tanggal 14
Maret 1873, para pejuang Aceh yang terdiri dari Ulebalang, Ulama dan Rakyat
bahu membahu mempertahankan mesjid dari serangan Belanda. Dengan semagat perang
dijalan Allah pasukan Aceh berhasil mematahkan serangan tersebut dan menembak
mati Jendral Kohler sebagai pimpinan serangan tersebut. Jadi kami merasa sudah
sangat wajar bila peristiwa ini diangkat dengan cara teatrikal supaya semua
kalangan di Aceh mengerti bagaimana semangat rakyat Aceh berjuang
mempertahankan kemerdekaan negerinya dari upaya jajahan bangsa lain.
Teatrikal yang kami adakan sangat
bersifat sederhana, namun memiliki makna tersendiri bagi yang merasakannya.
Kenapa kami bilang sederhana, dikarenakan proses dari latihan hanya berlangsung
dua hari dan dihari itu juga kami mempersiapkankan properti yang akan
digunakan. Untuk alur celitra kami sesuaikan dengan peristiwa sejarah yang
sebenarnya namun kami ringkas peristiwa yang penting-penting aja. Dengan
semangat yang tinggi dan kerjasama yang baik dari kawan-kawan kami mampu untuk
tampil walaupun proses latihannya sangat singkat.
Pada saat hari dimana kami beraksi
sangat berbeda yang kami rasakan diwaktu kami latihan, baik dari tempat maupun
suasana sekitar. Dimana kedatangan kami sudah disambut oleh pihak keamanan dari
kepolisian, jumlah mareka kira-kira sekitar 30 an. Tentu hal ini menambah grogi
bagi kami untuk beraksi. Dan yang tidak kalah mengejutkan kedantangan kami juga
disambut oleh beberapa wartawan dari berbagai media cetak yang katanya akan
meliput apa yang kami lakukan nanti. Walaupun kami grogi dengan polisi namun
juga semangat dengan adanya abang-abang dari wartawan yang akan meliput. Karena
itu juga suatu strategi yang sangat bagus untuk mempublikasikan kepada
masyarkat tentang tujuan dari kegiatan kami ini.
Tepat pada pukul 10.00 kami mulai
mulai melakukan teatrikal, mula-mulanya agak canggung juga karena lokasinya di
jalan raya didepan warga pengendara yang melintas dan juga didepan polisi dan
wartawan. Namun dengan adanya polisi yang mengawasi kami sangat membantu
kelancaran aksi kami, dimana marekalah yang mengatur dan menertipkan
lalulintas. Sejam kemudian aksi kami berakhir dan kami tutup dengan sedikit
berorasi didepan mareka yang melihat, tujuannya juga sama untuk mengajak
kembali masyarakat Aceh untuk cinta terhadap sejarah. Karena selama ini
masyarakat baik itu dikalangan pelajar maupun mahasiswa hanya mempelajari
sejarah dari buku kuran menghayati apa yang telah dilakukan oleh para
pendahulu. Sebenarnya sangat banyak yang bisa kita ambil pelajaran dari
peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.
Dengan adanya teatrikal ini kami
dari mahasiswa dan mahasiswi sejarah Unsyiah mengajak seluruh komponen
masyarakat Aceh untuk lebih mencintai sejarah bangsa. Karena seperti pepatah
mengatakan bangsa yang besar merupakan bangsa yang tidak melupakan sejarah.
Mungkin hanya ini yang dapat saya simpulkan tantang hasil dari teatrikal ini
lebih dan kurang saya mohon maaf, wasalam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar