Sabtu, 09 Mei 2015
INI FKIP KITA, SUDAH CUKUP KITA DIAM
Oleh : KITA untuk KITA
Kembali kita dipertotonkan dalam tontonan yang sama, kita seperti diseret dalam kepentingan mareka. Mareka yang katanya berbuat untuk kepentingan FKIP kita, dan akan melakukan sesuatu untuk FKIP kita. Sebagai orang yang awam dalam masalah BEM ini, tapi kita sudah bosan dengan permainan mareka, berapa kali mareka telah melakukan yang menurut mareka untuk kejayaan FKIP. Tapi apa yang terjadi, dan Kita kembali mendengar info bahwa berberapa minggu lagi pemilihan BEM FKIP akan di lakukan. Dan ini sudah yang kesekian kali mareka lakukan. Jika kita lihat sejarah perlu kita tanyakan BEM yang kemarin telah mareka pilih itu kemana ? apa sekedar di angkat saja kemudian ketika tidak sesuai dengan keinginan beberapa golongan kemudian diturunkan.
Kawan-kawan pasti ingat yang namanya Jalil kan, mahasiswa FKIP Kesenian yang terpilih menjadi BEM pada Peimira tahun lalu. Lihat bagaimana yang terjadi sama dia, siapa yang salah. Dia diturunkan yang katanya ada kecurangan dimana terjadi pemalsuan transkrip akademik. Ia sih kejahatan tidak boleh di tutupi, dan yang melakukan kecurangan harus ada sangsi. Tapi dibalik itu semua, jika itu kesalahan kenapa itu biasa terjadi dikampus yang katanya semua serba teknologi. Mustahil transkrip bisa dikelabui jika tidak ada konspirasi di dalamnya, tapi kita juga tidak boleh berprasangka buruk dalam hal ini. Bagi kita juga tidak ada imbasnya, tapi walaupun demikian berapa dana yang dihabiskan dalam Pemira yang hasilnya nol besar tersebut. Jutaan kawan-kawan, bukan dana yang sedikit.
Pertanyaanya, Dari mana dana tersebut diambil? dari Dekan ? dari Mareka ? atau dari Abang-abang yang jualan di Kantin Kolam ?
Bukan kawan-kawan, dana tersebut dari kita, dana dari orang tua kita yang kita bayar untuk SPP perkuliahan dan dikelola oleh Universitas yang kemudian sebagiannya disisipkan untuk kegiatan mahasiswa yang akhirnya buat mareka. Dan sayangnya kita tidak merasakan apa-apa dalam hal ini, walaupun ini mewakili mahasiswa FKIP tapi hanya mareka saja yang bermain.
Tidak cukup disitu saja, beberapa bulan yang lalu PEMIRA ulang kembali dilakukan, dan Aulia terpilih menjadi BEM FKIP kita. Dan itu juga memerlukan dana yang lumayan besar. Namun setelah sukses dengan kemenangan aklamasi, tapi Aulia juga kembali dibungkam seperti hilang ditelan arus kantin kolam. Tidak terdengar lagi namanya sekarang, kemana dia ? kemana orang-orang yang mendukungnya. Apa dia juga kembali diturunkan karena tidak sesuai permintaan sang tuan ?.
Ini pertanyaan besar bagi kita kawan-kawan. Siapa yang bermain dibelakang layar sebenarnya, belum cukupkah kita dibuat sebagai boneka yang dipermainkan seperti kemauan mareka. Sudah cukup kita DIAM, Kita harus berani mengatakan TIDAK pada segala ketidak jelasan ini.
Kita juga mahasiswa FKIP, walaupun kita bukan aktifis dan tidak terlibat seperti mareka. Tapi nama kita telah dijual oleh mareka, setidaknya mareka membawa nama mahasiswa FKIP, dan mahasiswa FKIP itu adalah Kita. Bukan cuma segelintir mareka.
Mungkin bagi kita ini tidak penting, toh nyatanya nanti kita juga hanya penonton dan bisa jadi kita juga dipolitisi oleh mareka. Namun perlu diketahui juga, saya sendiri sependirian dengan kawan-kawan, bagi saya sesuatu yang tidak penting tidak akan saya lakukan. Saya fokus dengan apa yang saya cita-citakan.
Tapi dengan permasalahan seperti ini, kita dituntut untuk bergerak, tidak ada lagi yang bisa kita percaya. Sebagai mahasiswa kita juga punya tanggung jawab dalam hal ini, setidaknya pada diri kita sendiri. Kita harus berani menentukan dan berani mengambil keputusan siapa yang layak kita jadikan pemimpin kita, yang tentunya bukan orang yang mempolitisi kita. Orang yang berani memperjuangkan hak-hak kita, hak-hak mahasiswa yang terlupakan dan hak-hak mahasiswa yang terpinggirkan.
Kita membutuhkan pemimpin yang bisa jadi panutan, yang berwawasan, tidak hanya pandai dalam bertorika tetapi juga dalam tindakan. Walaupun kita bukan mahasiswa yang aktif berorganisasi, tapi sebagai calon pemimpin kita kedepan harus mempunyai Background organisasi yang jelas, tidak lahir dari organisani abal-abalan. karena itu pemimpin mahasiswa yang berintektulitas bukan pemimpin para preman jalanan.
Semoga dengan tulisan sederhana ini, dapat membuka cakrawala pemikiran kawan-kawan. Semoga kita tidak lagi terpenjara dalam kepentingan pemikiran orang lain dan kita tetap merdeka dengan pemikiran kita sendiri.
CUKUP KITA DIAM, karena ini RUMAH KITA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar